Kepada semua wanita yang aku berani bersumpah cintanya tak akan pernah bisa lebih besar ketimbang cintaku kepada lelaki itu. Bolehkah aku meminta tolong?

Aku titipkan lelakiku yang kini tengah menjadi lelakikmu. Aku mengenalnya jauh sebelum kau mengenalnya. Aku mengenalnya sejak dia menjadi seseorang yang dianggap paling tak berguna, ketika terlalu banyak kabar miring yang terucap dari bibir orang lain perihal tentangnya, ketika semua orang menghujat dia yang tak berguna. Aku titipkan lelakiku yang sekarang jadi milikmu.

Aku berjalan

Menuju sesuatu yang kita sebut tujuan 

Meninggalkan sesuatu yang memang harus kita tinggalkan 

Di belakang, semuanya tertinggal. Dibiarkan.

Aku berjalan 

Dengan langkah gontai menuju masa depan 

Terhalang batu, kerikil, panas terik, dan hujan 

Menghambat langkah menuju sebuah harapan

Hai apa kabar?

Apa kau sudah cukup basa-basi sekarang? Sebenarnya, aku tak tahu dari sisi mana aku harus memulai. Jujur saja, aku terlalu gugup untuk menulis surat ini. Aku tak punya cukup keberanian untuk mengatakan ini semua padamu. Bahkan jika harus bertemu dan bersanding denganmu pun aku merasa tak mampu. Di depanmu lidahku selalu kelu, tergagap dan tergugu. Selalu begitu.

Aku tak mampu menahan debar di dada saat bersamamu. Mungkin aku terlalu penakut jika harus berbicara sebanyak ini denganmu. Bagiku, kau adalah candu dan aku adalah pecandumu. Pecandu beratmu. Aku ingin menjadi satu-satunya pecandumu, dan aku ingin engkau lah satu-satunya yang aku candu. Bolehkah?