9

Entahlah

Posted by Fandhy Achmad R on 22.02
Tak mudah memang jika harus melupakan sesuatu yang pernah terjadi dengan begitu indah. Terlebih lagi jika itu terjadi dengan seseorang yang dulu pernah ada dalam hidup kita. Iya, kenangan. Kenangan masa lalu memang begitu sulit untuk dilupakan. Ia dengan seenaknya muncul begitu saja dalam pikiran. Mengantarkan kenangan masa silam kembali berada di depan mata. Membuat semuanya terasa indah untuk dikenang, namun terlalu sakit jika harus menerima kenyataan bahwa kenangan itu sudah tak mungkin lagi untuk diulang. Entahlah.

Sulit memang menerima kenyataan bahwa kau sudah pergi dan tak mungkin untuk kembali lagi. Tapi, beginilah aku sekarang. Aku masih tenggelam dengan bayang-bayang semu tentangmu; tentang kita. Mungkin aku terlalu mencintaimu. Tapi inilah aku yang sebenarnya. Berulang kali kau mengacuhkanku, berulang kali pula aku tak peduli tentang itu. Sekeras apapun kau mencoba untuk menjauh dariku, sekeras itu pula aku mengejarmu dengan cinta dan rindu yang masih menggebu.

2

Candu Itu Bernama Rindu

Posted by Fandhy Achmad R on 21.58 in
Aku tak pernah bergurau jika mengatakan bahwa aku merindukanmu. Akhir-akhir ini, kau datang lebih sering ke dalam kepalaku. Bagiku, pertemuan kita saat itu menyebarkan candu tersendiri yang tak dapat ku hindari. Candu itu bernama Rindu. Kau tau, sejak pertemuan itu aku tak dapat berhenti memikirkanmu. Kau selalu saja memenuhi pikiranku, sedangkan aku hanya memiliki satu otak untuk mengingat semua tentangmu. Menyebalkan.

Aku masih ingat betapa kita saling menatap pekat penuh harap. Berharap agar semua tetap seperti itu, saling menatap lekat-lekat. Rindu begitu mudah mengundang kenangan. Suatu kali tertawa mengingatnya, setelahnya hanya ada dada yang getir mengetahui bahwa hal itu tak dapat terulang kembali. Lalu kemudian, —tanpa bisa menahan— rindu menjelma awan yang mengantarkan hujan ke dalam mataku. Mencipta bulir-bulir bening yang jatuh satu per satu.


4

Terjerat Dalam Gelap

Posted by Fandhy Achmad R on 08.51
Terjerat dalam gelap, gelap yang tak nyata yang hanya bisa membuatku gila. Gila dan terus bertanya, “Kapan ini akan berakhir?!”. Bertanya dan terus bertanya tak peduli seberapa banyak berdoa dan berusaha sekuat tenaga untuk mengakhirinya namun tetap saja semua sia-sia.

Terkadang terasa menyakitkan, terasa begitu menyenangkan, namun seringnya terasa begitu membingungkan. Sensasi gelap yang perlahan membuat mata dan hati menjadi buta, buta akan setitik cahaya terang yang datang. Semua cahaya perlahan menjadi sama, sama-sama terasa gelap dan tak bermakna. Entah ini Cuma perasaan saja atau Cuma sekedar fatamorgana. Entah.

Mungkin saya sendirian, atau juga karena terbiasa sendiri. Sendiri terpasung dalam gelap yang membelenggu jiwa. Jiwa yang kata mereka menyebutnya sebagai jiwa yang sepi. Sepi akan harmoni dan sekuncup rasa. Rasa yang oleh mereka sebut dengan cinta. Cinta yang mana telah lama pergi terbawa angin lalu yang datang merampasnya.


Perlahan banyak cinta yang datang, datang untuk menyegarkan kembali jiwa yang sepi. Namun nyatanya entah hati ini yang terlalu keras atau sudah terlalu susah untuk kembali percaya. Percaya akan cinta yang nyata, dan tak hanya cinta pura-pura.

2

Senjaku Hilang

Posted by Fandhy Achmad R on 22.41
Senjaku hilang, ia pergi ditelan gelapnya malam. Layaknya seseorang yang benar-benar kita sayang lalu pergi menghilang. Iya, Kekasihku pergi dan dia tak mau kembali lagi. Sadar atau tidak, akupun kehilangan. Entahlah. Mungkin aku yang salah, tapi memang aku yang salah. Aku melepasnya begitu saja tanpa memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Menyesal? Pasti. Tapi aku tak pernah mau memaksakan seseorang untuk tetap tinggal.

Mungkin aku yang sudah terlalu lelah berjuang sendirian. Atau mungkin kurangnya usahaku untuk memperjuangkanmu? Tapi, untuk apa kita memperjuangkan seseorang jika orang yang kita perjuangkan tidak memperjuangkan kita kembali? Kau tak pernah mengerti bagaimana aku memperjuangkanmu, memperjuangkan kita. Aku tak menyalahkanmu. Kata mereka, luka terjadi bukan karna cinta yang salah. Mungkin salahku yang tak memahamimu lebih jauh. Jika memang akan berakhir seperti ini, seharusnya aku tak perlu berjuang sekeras itu.  


Aku tak mau terlalu lama tenggelam dalam kesedihan. Aku ingin bisa bahagia, setidaknya ingin bisa terlihat bahagia seperti yang lainnya. Aku harus tertawa, karna hatiku berhak bahagia. Agar tangis enggan datang menghampiri. Agar sedih tidak lagi menjadi teman sepi. Berharap, mungkin cuma harapan yang membuatku bertahan. Bertahan menunggu datangnya senja esok.

Copyright © 2009 Kedai Kata All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.