2

Hanya Tentang Rasa

Posted by Fandhy Achmad R on 05.03
Aku hanya akan menjadi buih...

Seperti putri duyung di dongeng itu. Kelak aku akan menjadi buih dan membawa mati semua rahasia hatiku. Sebut saja aku pesimis, tapi sudah terlalu lama aku menunggu saat yang tepat untuk kebenaran itu. Dan selama itu aku melihat bagaimana benih-benih perasaanmu kepadanya pelan-pelan tumbuh hingga menjadi bunga yang indah.

Aku kalah bahkan jauh sebelum mulai angkat senjata. Kau ada di hidupku, tapi bukan untuk ku miliki. Kerlip matamu hanya untuk dia dan selamanya itu tak akan berubah. Meski begitu, kenapa aku tidak berusaha berbalik dan mencari jalan keluar dari bayang-bayang dirimu ?

Jika suatu hari kau menyadari perasaanku ini, kumohon jangan salahkan dirimu. Mungkin memang sudah begini takdir rasaku. Cintaku padamu tak akan pernah melambung ke langit ketujuh. Aku hanya akan membiarkan buih-buih kesedihanku menyeru bersama deburan ombak dilaut itu. Karna inilah pengorbanan terakhirku: "membiarkanmu bahagia tanpa diriku" :')

3

Sebuah Cerita Tentang Kehidupanku

Posted by Fandhy Achmad R on 01.14
Inilah masa yang paling muram dalam hidupku. Masa muram setelah sekian lama mencari dan terus mencari akan sosok cinta sejati. Setelah ku kira telah menemukannya, ternyata seketika itu pula aku harus tersadar, bahwa aku harus melepaskannya. Karena aku sadar dia itu bukan milikku, bukan untukku.

Itu semua salahku, kadang aku berkhayal menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Aku kira momen kebersamaan yang aku jalani selama ini telah cukup membuktikan bahwa kamu adalah untukku, kamu adalah milikku. Namun nyatanya sekali lagi, kenyataan membuatku tersadar bahwa kamu bukanlah untuk aku, kamu bukanlah sosok pendamping hidupku.

Bukan salah dia. Ini semua salahku, kesalahanku. Sekarang aku hanya bisa meratap dan menyesal. Meratapi semua seorang diri. Seketika aku merasa sendirian di tengah keramaian dunia. Dunia terkadang aku anggap tidak adil. Dalam pelarianku, aku mengurung diri. Mengurung dari dunia, dunia yang aku anggap telah berkhianat padaku.

4

Kau dan Aku, Tanpa KITA

Posted by Fandhy Achmad R on 00.40
Ini bukan yang pertama, duduk sendirian dan memperhatikan beberapa tulisan berlalu-lalang di layar laptopku. Setiap abjad yang tersusun dalam kata terangkai menjadi kalimat, dan entah mengapa sosokmu selalu berada di sana, berdiam dalam tulisan yang sebenarnya enggan aku baca dan kudefinisikan lagi. Ini bukan yang baru bagiku, duduk berjam-jam tanpa merasakan hangatnya perhatianmu melalui pesan singkat. Kekosongan dan kehampaan sudah berganti-ganti wajah sejak tadi, namun aku tetap menunduk, mencoba tak memedulikan keadaan. Karena jika aku terlalu terbawa emosi, aku bisa mati iseng sendiri.


Tentu saja, kamu tak merasakan apa yang kurasakan, juga tak memiliki rindu yang tersimpan rapat-rapat. Aku sengaja menyembunyikan perasaan itu, agar kita tak lagi saling mengganggu. Bukankah dengan berjauhan seperti ini, semua terasa jadi lebih berarti? Seakan-akan aku tak mau tahu, seakan-akan aku tak memiliki rasa perhatian. Bagiku, sudah cukup seperti ini, cukup aku dan kamu, tanpa kita.

4

Hujan dan Kita

Posted by Fandhy Achmad R on 04.34
Janji itu terucap, dengan penuh keyakinan kita berjanji dengan saksi hujan. Janji itu berkata bahwa tidak ada pemisah di antara kita kecuali Tuhan yang memisahkan. Mengikrarkan kesetiaan kita berdua, mengikrarkan keabadian cinta kita. Niatku, menjaga komitmen ini apapun yang terjadi. Aku tidak peduli. Aku yakin kau pun sama halnya denganku. Sebenarnya, mulai sore itu aku menganggap hujan adalah indah. Hujan adalah kita.

Kamu pernah berkata, “Walaupun hujan tidak selalu datang, tapi hujan tidak akan pernah pergi dari awan yang selalu berada di atas kita. Sama halnya denganku, meskipun aku tak selalu di sisimu, yakinlah bahwa sedetikpun aku tidak pernah berniat meninggalkanmu”.

9

Entahlah

Posted by Fandhy Achmad R on 22.02
Tak mudah memang jika harus melupakan sesuatu yang pernah terjadi dengan begitu indah. Terlebih lagi jika itu terjadi dengan seseorang yang dulu pernah ada dalam hidup kita. Iya, kenangan. Kenangan masa lalu memang begitu sulit untuk dilupakan. Ia dengan seenaknya muncul begitu saja dalam pikiran. Mengantarkan kenangan masa silam kembali berada di depan mata. Membuat semuanya terasa indah untuk dikenang, namun terlalu sakit jika harus menerima kenyataan bahwa kenangan itu sudah tak mungkin lagi untuk diulang. Entahlah.

Sulit memang menerima kenyataan bahwa kau sudah pergi dan tak mungkin untuk kembali lagi. Tapi, beginilah aku sekarang. Aku masih tenggelam dengan bayang-bayang semu tentangmu; tentang kita. Mungkin aku terlalu mencintaimu. Tapi inilah aku yang sebenarnya. Berulang kali kau mengacuhkanku, berulang kali pula aku tak peduli tentang itu. Sekeras apapun kau mencoba untuk menjauh dariku, sekeras itu pula aku mengejarmu dengan cinta dan rindu yang masih menggebu.

2

Candu Itu Bernama Rindu

Posted by Fandhy Achmad R on 21.58 in
Aku tak pernah bergurau jika mengatakan bahwa aku merindukanmu. Akhir-akhir ini, kau datang lebih sering ke dalam kepalaku. Bagiku, pertemuan kita saat itu menyebarkan candu tersendiri yang tak dapat ku hindari. Candu itu bernama Rindu. Kau tau, sejak pertemuan itu aku tak dapat berhenti memikirkanmu. Kau selalu saja memenuhi pikiranku, sedangkan aku hanya memiliki satu otak untuk mengingat semua tentangmu. Menyebalkan.

Aku masih ingat betapa kita saling menatap pekat penuh harap. Berharap agar semua tetap seperti itu, saling menatap lekat-lekat. Rindu begitu mudah mengundang kenangan. Suatu kali tertawa mengingatnya, setelahnya hanya ada dada yang getir mengetahui bahwa hal itu tak dapat terulang kembali. Lalu kemudian, —tanpa bisa menahan— rindu menjelma awan yang mengantarkan hujan ke dalam mataku. Mencipta bulir-bulir bening yang jatuh satu per satu.


4

Terjerat Dalam Gelap

Posted by Fandhy Achmad R on 08.51
Terjerat dalam gelap, gelap yang tak nyata yang hanya bisa membuatku gila. Gila dan terus bertanya, “Kapan ini akan berakhir?!”. Bertanya dan terus bertanya tak peduli seberapa banyak berdoa dan berusaha sekuat tenaga untuk mengakhirinya namun tetap saja semua sia-sia.

Terkadang terasa menyakitkan, terasa begitu menyenangkan, namun seringnya terasa begitu membingungkan. Sensasi gelap yang perlahan membuat mata dan hati menjadi buta, buta akan setitik cahaya terang yang datang. Semua cahaya perlahan menjadi sama, sama-sama terasa gelap dan tak bermakna. Entah ini Cuma perasaan saja atau Cuma sekedar fatamorgana. Entah.

Mungkin saya sendirian, atau juga karena terbiasa sendiri. Sendiri terpasung dalam gelap yang membelenggu jiwa. Jiwa yang kata mereka menyebutnya sebagai jiwa yang sepi. Sepi akan harmoni dan sekuncup rasa. Rasa yang oleh mereka sebut dengan cinta. Cinta yang mana telah lama pergi terbawa angin lalu yang datang merampasnya.


Perlahan banyak cinta yang datang, datang untuk menyegarkan kembali jiwa yang sepi. Namun nyatanya entah hati ini yang terlalu keras atau sudah terlalu susah untuk kembali percaya. Percaya akan cinta yang nyata, dan tak hanya cinta pura-pura.

2

Senjaku Hilang

Posted by Fandhy Achmad R on 22.41
Senjaku hilang, ia pergi ditelan gelapnya malam. Layaknya seseorang yang benar-benar kita sayang lalu pergi menghilang. Iya, Kekasihku pergi dan dia tak mau kembali lagi. Sadar atau tidak, akupun kehilangan. Entahlah. Mungkin aku yang salah, tapi memang aku yang salah. Aku melepasnya begitu saja tanpa memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Menyesal? Pasti. Tapi aku tak pernah mau memaksakan seseorang untuk tetap tinggal.

Mungkin aku yang sudah terlalu lelah berjuang sendirian. Atau mungkin kurangnya usahaku untuk memperjuangkanmu? Tapi, untuk apa kita memperjuangkan seseorang jika orang yang kita perjuangkan tidak memperjuangkan kita kembali? Kau tak pernah mengerti bagaimana aku memperjuangkanmu, memperjuangkan kita. Aku tak menyalahkanmu. Kata mereka, luka terjadi bukan karna cinta yang salah. Mungkin salahku yang tak memahamimu lebih jauh. Jika memang akan berakhir seperti ini, seharusnya aku tak perlu berjuang sekeras itu.  


Aku tak mau terlalu lama tenggelam dalam kesedihan. Aku ingin bisa bahagia, setidaknya ingin bisa terlihat bahagia seperti yang lainnya. Aku harus tertawa, karna hatiku berhak bahagia. Agar tangis enggan datang menghampiri. Agar sedih tidak lagi menjadi teman sepi. Berharap, mungkin cuma harapan yang membuatku bertahan. Bertahan menunggu datangnya senja esok.

Copyright © 2009 Kedai Kata All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.