Aku Sakau Karenamu

Hai apa kabar?

Apa kau sudah cukup basa-basi sekarang? Sebenarnya, aku tak tahu dari sisi mana aku harus memulai. Jujur saja, aku terlalu gugup untuk menulis surat ini. Aku tak punya cukup keberanian untuk mengatakan ini semua padamu. Bahkan jika harus bertemu dan bersanding denganmu pun aku merasa tak mampu. Di depanmu lidahku selalu kelu, tergagap dan tergugu. Selalu begitu.

Aku tak mampu menahan debar di dada saat bersamamu. Mungkin aku terlalu penakut jika harus berbicara sebanyak ini denganmu. Bagiku, kau adalah candu dan aku adalah pecandumu. Pecandu beratmu. Aku ingin menjadi satu-satunya pecandumu, dan aku ingin engkau lah satu-satunya yang aku candu. Bolehkah?

Maafkan aku jika aku lancang mengirim surat ini tengah malam kepadamu. Terlebih jika kau membaca surat ini tepat di samping kekasihmu. Aku tak bisa membayangkan raut wajah cemburu kekasihmu saat mengetahui kau sedang membaca surat dariku. Tenang saja, aku tak akan melepaskanmu dari genggaman kekasihmu. Sebab aku tahu benar bagaimana rasanya dilepaskan oleh orang ketiga. Bagiku, kamu itu bagaikan narkoba jenis baru, membuatku melayang setiap waktu.

Aku tak ingin menjadi sumber kerusakan hubungan kalian. Aku belum lama mengenalmu memang, tak lebih lama dari kekasihmu tentu. Tapi semua tentangmu berhasil menguasai sebagian memori otakku pun hatiku. Semua tentangmu membuatku gila, membuatku kacau, membuatku ketagihan selalu. Aku hanya ingin menjadi pecandumu, bolehkah? Karena semua tentangmu membuatku sakau. 

Iya, aku sakau karenamu.

Pecandu beratmu.

Ara.

Ditulis oleh Rahmalia Dwi A