2
Candu Itu Bernama Rindu
Posted by Fandhy Achmad R
on
21.58
in
Sebuah Cerita
Aku tak pernah bergurau jika mengatakan bahwa aku
merindukanmu. Akhir-akhir ini, kau datang lebih sering ke dalam kepalaku. Bagiku, pertemuan kita saat itu menyebarkan candu tersendiri yang
tak dapat ku hindari. Candu itu bernama Rindu. Kau tau, sejak pertemuan itu aku
tak dapat berhenti memikirkanmu. Kau selalu saja memenuhi pikiranku, sedangkan
aku hanya memiliki satu otak untuk mengingat semua tentangmu. Menyebalkan.
Aku masih ingat
betapa kita saling menatap pekat penuh harap. Berharap agar semua tetap seperti
itu, saling menatap lekat-lekat. Rindu begitu mudah mengundang
kenangan. Suatu kali tertawa mengingatnya, setelahnya hanya ada dada yang getir
mengetahui bahwa hal itu tak dapat terulang kembali. Lalu kemudian, —tanpa bisa
menahan— rindu menjelma awan yang mengantarkan hujan ke dalam mataku. Mencipta
bulir-bulir bening yang jatuh satu per satu.
Jarak memang selalu seperti itu. Selalu berhasil
membuat seseorang berlatih memendam rindu. Membuat semuanya menjadi sendu
dengan rindu yang menggebu. Sebenarnya, tak ada yang salah dengan jarak. Tuhan
memisahkan kita dengan sebuah jarak agar kita selalu bisa menghargai sebuah
pertemuan. Sederhananya begini, jika dengan adanya jarak saja kita bisa
melewati semua masalah yang ada, bagaimana jika kita melewati semua rintangan
dengan cara bergandengan tangan?
Jangan pernah menjadikan jarak sebagai alasan untukmu
bersedih karena rindu, sayang. Toh dengan adanya jarak kita selalu
memperjuangkan temu akibat rindu yang menggebu. Jarak ada supaya kita dengan lapang
dada tetap berbesar sabar. Bersabar untuk selalu merindu temu. Sekarang, kau sabarlah
sebentar. Suatu saat nanti, akan ada saat dimana jarak kita hanya satu dengusan
napas saja. Lalu selanjutnya, kita akan selalu tertawa dan menangis bersama.
Karya : Rahmalia Dwi A